Keterbatasan biaya tidak menghalangi Raju Sena Seran menggapai prestasi tinggi. Berawal dari papan bekas, putra asal Bali tersebut bisa mendunia di olahraga yang identik dengan pantai itu. Sekolahnya kini gratis dan terjamin sampai bisa masuk perguruan tinggi.
TERIK matahari di Pantai Padma, Legian, Bali, Kamis (9/7) siang itu menarik para wisatawan mancanegara untuk ”membakar” kulit. Sebagian berjemur, sebagian lagi bermain air. Tidak sedikit di antara mereka yang langsung mengangkat papan selancar, lalu masuk ke laut.
Di antara mereka, terdapat bocah kerempeng yang bernama Raju Sena Seran. Dalam sekejap, tubuhnya langsung hilang ditelan ombak, tapi kemudian muncul lagi, menantang ombak yang tinggi. Tiga jam lamanya dia ”bercumbu” dengan gelombang tinggi sampai akhirnya kembali menepi. ”Ombaknya lagi bagus. Sayang kalau tidak dipakai latihan,” kata remaja 14 tahun itu.
Dia memang terlihat intens berlatih akhir-akhir ini. Sebab, awal tahun depan dan pertengahan 2016 dia akan mengikuti kontes di Australia.
”Tahun ini saya juga harus balik ke Hawaii (September, Red), ada training,” ucap siswa SMPK 2 Harapan, Untal-Untal, Dalung, Bali, itu.
Meski masih berada di kelas junior, kiprah Raju sudah mendunia. Pada 2013, dia menempati urutan keempat kelas junior dalam Rip Curl GromSearch International Final di Pantai Maresias, Brasil. Meski tidak berhasil menjadi yang terbaik, Raju bangga karena menjadi orang Indonesia pertama di kelas junior yang berhasil mengangkat piala di kejuaraan itu. Kompetisi di level tersebut menurut dia relatif sulit. ”Saya sudah coba menjadi yang terbaik,” kata dia.
Terlebih, papar Raju, proses untuk bisa ikut kompetisi itu sangat ketat. Untuk mendapatkan tiket sebagai peserta di kejuaraan tersebut, Raju harus menyisihkan puluhan surfer dari dalam negeri. Hanya yang terbaik yang berhak ikut dalam kejuaraan tersebut.